Monday, March 22, 2010

PBA Langkah Tepat Peningkatan Ilmu Properti Bagi BTDC

(Vibiznews-Property)-Perkembangan dunia properti di Indonesia kini kian meningkat prospeknya pun kian menjanjikan oleh karena itu dibutuhkan suatu pengetahuan mendalam mengenai ilmu properti mulai dari konsep pendanaan, pengembangan hingga proses pengelolaanya. Pengetahuan tentang properti pun kini bukan saja di butuhkan oleh pengembang properti di Jakarta saja namun di beberapa daerah di Indonesia masih sangat membutuhkan pengetahuan lebih mendalam mengenai ilmu properti itu sendiri.

Di lihat dari potensinya penggembangan properti di daerah memiliki prospek yang sangat cerah apalagi melihat nantinya daerah-daerah akan menghadapi AFTA atau perdagangan bebas. Persaingan di bidang industri akan semakin ketat begitu juga kebutuhan akan properti baik itu hunian maupun perkantoran. Selain itu industri pariwisata juga mempunyai peluang yang sangat menjanjikan. Maka dengan melihat prospek kedepan yang cerah bagi daerah-daerah yang memiliki potensi, kebutuhan ilmu properti semakin dibutuhkan.

Seperti yang dilakukan oleh pengembang besar Bali Tourism Development Corporation (BTDC) yang memiliki beberapa produk pengembangan properti di Bali serta juga sebagai pengembang yang mengelola kawasan Nusa Dua Bali. Pihak BTDC mengundang Vibiz Property Business Academy (PBA) untuk mengadakan training di perusahaan tersebut. Training yang bertempat di Nusa Dua Bali dan berlangsung pada tanggal 9-12 maret 2010 tersebut bertujuan untuk meningkatkan wawasan serta strategi di bidang properti serta mengulang kembali teori-teori dalam pengembangan properti yang dapat diaplikasikan dilapangan. Program Training yang disajikan PBA merupakan perpaduan antara teori, praktek, hingga strategi dengan begitu dapat meningkatkan pengetahuan properti bagi karyawan BTDC.


Foto bersama peserta inhouse training BTDC dengan pengajar PBA

Materi program pelatihan yang diberikan oleh PBA bagi karyawan BTDC (Bali Tourism Development Corporation) antara lain ; CPBA (Certified property Business Analyst, CPD (Certified Property Development), CPMS (Certified Property Marketing Strategy), CCFP (Certified Corporate Finance in Property). Semua program tersebut dirangkum dalam suatu program materi yang dinamakan Certified Property Management. Materi yang diberikan dirasakan sangat sesuai dengan perkembangan dunia properti saat ini.

Pelatihan yang berlangsung di Nusa Dua Bali tersebut di ikuti sebanyak 20 peserta sebagian besar mereka adalah kepala bagian serta direktur beberapa anak perusahaan BTDC. Pelatihan tersebut di pandu oleh para pakar properti yang memang sudah berpengalaman dibidangnya selama bertahun-tahun. Beberapa pengajar yang trurut memberikan pelatihan yaitu ; Irwan Nurhadi, Alfred Pakasi, Priyendiswara, dan Harjadi jahja mereka semua merupakan para pakar di bidang pendanaan, pengembangan, analisis pasar, serta hukum properti.

Peserta pelatihan pun sangat antusias dalam mengikuti pelatihan properti tersebut. Hal tersebut dikarenakan format materi serta program pengajaran yang cukup menarik serta menambah wawasan baru yang di sajikan oleh PBA.

Property Business Academy memang merupakan suatu program pelatihan properti yang menerapkan antara teori dengan aplikasi di lapangan. Dengan pengajar-pengajar yang memang sudah berpengalaman dibidang properti membuat ilmu properti yang diajarkan oleh para pengajar semakin sesuai dengan kondisi dilapangan serta membuka wawasan baru dilapangan. Dengan begitu para peserta akan semakin paham serta mengenal kondisi dilapangan dalam dunia properti. PBA mengajarkan ilmu properti secara komprehensif serta holistik atau menyeluruh karena dunia properti yang sangat kompleks serta kompetitif. PBA sendiri juga megajarkan mengenai strategi-strategi yang tepat dalam pengembangan properti saat ini sehingga para peserta yang telah mengikuti training mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang properti. Tidak salah kiranya jika PBA menjadi salah satu alternatif pengembangan keilmuan properti bagi perusahaan maupun perseorangan yang ingin meningkatkan keahlian dibidang properti.

(mg/MG/VBN)

BTN: KPR Sangat Sensitif Bunga Tinggi

(Vibiznews-Property)- Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal Latanro mengatakan, permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) sangat sensitif terhadap suku bunga tinggi.

Menurut Iqbal saat acara makan malam dengan wartawan Senin malam, masyarakat saat ini lebih memperhatikan bunga KPR, dimana jika terjadi tren penurunan bunga permintaan akan mengalami peningkatan dan jika naik akan terjadi sebaliknya.

Dia juga mengatakan bahwa bunga yang tinggi sebenarnya juga tidak disenangi bankir, karena bisa meningkatnya kredit macet.

"Suku bunga perbankan yang ideal bagi para nasabah adalah sekitar 11 persen," katanya.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya telah melakukan penurunan suku bunga KPR dari 15 persen pada awal 2009 menjadi 10-11 persen saat ini.

"Apabila ada bank yang memasang bunga rendah dari kami memang ada dampaknya, tapi masyarakat memiliki keyakinan bahwa bahwa kredit rumah ya BTN," kata Iqbal.

Dengan penurunan bunga KPR yang dilakukan BTN ini telah mendorong penyaluran kredit pada 2009 mengalami peningkatan 30,06 persen menjadi Rp40,7 triliun dibanding 2008 yang hanya Rp32 triliun.

"Peningkatan ini jauh diatas rata-rata industri yang hanya naik 10,6 persen," jelasnya.

Untuk itu, katanya, BTN menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun ini 27 persen karena didasari kondisi perekonomian yang membaik akan meningkatkan daya beli masyarakat pada perumahan.

Dia mengungkapkan bahwa kebutuhan rumah cenderung semakin besar, yakni sekitar 800.000 unit per tahun.

Selain itu, kata Iqbal, BTN juga akan mengembangkan kredit di luar sektor perumahan.

Namun dia menegaskan bahwa kredit di luar sektor perumahan ini akan dibatasi maksimal 25 persen, diantaranya kartu kredit, "personal loan" dan kredit sektor lainnya.

Iqbal beralasan, sektor tersebut dicapai untuk menjaga jika sektor perumahan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

(mg/MG/ant)

Summarecon Bangun Jalan Layang Senilai Rp 170 Miliar

(Vibiznews-Property)-Pengembang properti, PT Summarecon Agung Tbk bersama Pemda Bekasi membangun jalan Layang Achmad Yani yang akan menghubungkan wilayah Selatan dan utara Kota Bekasi dengan nilai investasi Rp170 miliar dalam upaya mengimbangi arus pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Pembangunan jalan layang sepanjang satu kilometer memiliki empat jalur kendaraan serta ketinggian tujuh meter akan melintasi Jalan Sudirman, jalur kereta api dan jalan Pangeran Jayakarta yang diperkirakan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih besar lagi.

Dirut PT Summarecon Agung Tbk, Johaners Mardjuki mengatakan hal itu kepada pers usai meresmikan pemancangan tiang jalan Ahmad Yani di Bekasi, Rabu.

Peresmian pemancangan tiang itu dilaksakana oleh Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan, didampingi Walikota Bekasi H. Mochtar Mohamad disaksikan anggota DPRD Kota Bekasi dan Komisaris serta jajaran Direksi Summarecon.

Johanes Mardjuki mengatakan, kota Bekasi merupakan kota besar di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dengan letak geografis menempatkan Bekasi dalam posisi dan peran yang sangat strategis.

Karena itu pembangunan jalan layang dinilai sangat tepat agar dapat mengimbangi aktivitas bisnis di kota tersebut yang memang menuntut adanya sarana transportasi yang memadai, katanya.

Menurut dia, partisipasi dan keterlibatan perseroan baik dari pendanaan hingga pembangunan jalan layang tersebut menunjukkan Summarecon turut aktif dalam pembangunan kota Bekasi.

Karena itu, pengembang itu pada tahun ini mengawali dengan akan membangun properti di Bekasi yang disebut Summarecon Bekasi dengan luas 240 ha, ucapnya.

Kota seluas 240 Ha ini akan menjadi sebuah icon kawasan hunian & komersial baru yang prestisius, ujarnya.

Sementara itu H Ahmad Heryawan mengatakan, pembangunan fly over itu merupakan momentum yang sangat tepat untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Karena Pemda Bekasi harus terus meningkatkan pembangunan infrastruktur dalam upaya memberikan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat Bekasi, katanya.

Menurut dia, untuk dapat terus membangun kota Bekasi, maka telah menganggarkan dana pembangunan jalan kota Bekasi pada 2010 sebesar Rp1 triliun , naik tajam dibanding tahun lalu Rp500 miliar.

Hal ini menunjukkan bahwa Pemda Bekasi sangat serius dalam pembangunan di kawasannya, katanya.

"Kita harus melihat negara lain yang sudah lebih dahulu maju seperti di Malaysia, pembangunan jalan sudah mencapai 6000 Km2, sedangkan kita sudah mencananngkan pembangunan jalan sejak 10 tahun lalu, namun masih jauh untuk mencapai pembangunan jalan seperti di negara tersebut," tambahnya.

Sementara itu Walikota Bekasi Mochtar Mohamad mengatakan, Kota Bekasi akan menjadi kota yang penuh dengan kegiatan usaha yang mendorong kota tersebut makin tumbuh.

(mg/MG/ant)

Kementerian Perumahan Rakyat Siapkan DAK Rp. 15 Triliun

(Vibiznews-Property)-Kementerian Perumahaan Rakyat menyiapkan dana alokasi khusus (DAK) pengadaan rumah bersubsidi Rp15 triliun untuk membantu masyarakat.

Hal itu dikatakan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional ke XIV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, di Batam, Kamis.

Ia mengatakan setiap tahun pemerintah menargetkan membangun 200.000 rumah untuk 200 kabupaten/kota di Indonesia.

"Setiap kabupaten/kota diberikan 1.000 rumah senilai Rp6,6 miliar," katanya.

Namun, kata dia, DAK hanya diberikan kepada daerah yang memiliki peraturan daerah tentang tata ruang dan perda zonanisasi.

"Daerah yang tidak memiliki perda tata ruang dan perda zonanisasi tidak bisa mendapatkan DAK," katanya.

Ia mengatakan persyaratan mendapatkan DAK itu untuk mendorong pemerintah daerah membuat perda tersebut.

Menurut dia perda tata ruang dan perda zonanisasi untuk kepentingan daerah dalam penataan kota.

"Pemerintah tidak ingin lagi kota atau daerah di Indonesia tumbuh semerawut yang bukan hanya tidak indah dipandang mata tetapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan dan ancaman bencana alam," katanya.

DAK, kata dia, juga akan membantu pengembang dan masyarakat pembeli.

Ia mengatakan setiap tahun kebutuhan rumah di seluruh Indonesia sebanyak 710.000 unit.

(mg/MG/ant)

Monday, December 21, 2009

Omzet Properti Ciputra di Makasar Rp 300 Miliar

Omzet properti Ciputra group di Makassar, Citraland Celebes mencapai Rp300 miliar sepanjang tahun 2009.

Promotion Citraland Celebes Makassar, Ali Yunianto di Makassar, Senin, mengatakan, pencapaian tersebut diraih dari penjualan 200 unit rumah dan rumah toko.

Dari kisaran harga rumah senilai Rp1 miliar hingga Rp3,5 miliar dan rumah toko senilai Rp3 miliar per unitnya.

"60 persen pembelian dilakukan oleh warga kota Makassar dan 40 persen oleh warga luar Makassar," ujarnya.

Sejak penjualan dibuka secara sejak April 2009 dengan tiga kali penyelenggaraan penjualan telah terjual empat cluster dari total delapan hingga sembilan cluster yang tersedia dari total lahan seluas tiga hektar.

"Target pemasaran kami untuk 2009 sudah melampaui target yang diharapkan yaitu empat cluster dari dua cluster yang ditargetkan," ujarnya.

Ia menambahkan, seluruh rumah dan rumah toko yang sudah dibeli pelanggan seluruhnya akan diserahterimakan pada Oktober, 2010.

Sumber : properti

Tuesday, November 17, 2009

Mengelola Risiko Reputasi

(managementfile - Risk) - Reputasi punya kaitan yang dekat dengan kepercayaan. Tanpa reputasi, maka kepercayaan tidak ada. Reputasi merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu bisnis, oleh karena itu, risiko reputasi harus dikelola dengan baik.

Laporan dari Ernst & Young mengenai Top 10 Business Risk 2009 menunjukkan bahwa posisi risiko reputasi melejit dari posisi 22 tahun a2008 menjadi ke-10 tahun ini. Hal ini kemungkinan besar karena dunia diguncang oleh krisis global, yang berpotensi menurunkan reputasi perusahaan.

Menurut temuan dari Economist Intelligence Unit, reputasi merupakan salah satu aset perusahaan yang terpenting, namun justru paling sulit untuk dilindungi. Reputasi bisa menjadi suatu keunggulan kompetitif, namun berpotensi untuk rusak terutama karena perkembangan media dan komunikasi, regulasi yang makin ketat, juga loyalitas pelanggan yang menurun.

Reputasi melemah ketika bisnis atau organisasi melakukan hal yang meleset dari ekspektasi, misalnya seperti hasil Q3 yang buruk, mengalami gagal bayar (default), atau terkena skandal tertentu.

Sekitar dua tahun ini, dunia diguncang oleh krisis finansial global. Hal ini mengakibatkan risiko reputasi jadi semakin tinggi. Sejumlah ketidakpastian mengenai bisnis, kondisi finansial perusahaan yang buruk, kondisi market yang kurang kondusif, banyaknya fraud dan sejumlah kasus lainnya mengakibatkan perusahaan semakin terekspos terhadap risiko reputasi.

Berikut ini adalah sejumlah langkah-langkah yang dapat Anda ambil terkait dengan risiko reputasi:

1. Assessment
Lakukan assessment mengenai reputasi bisnis Anda di luar sana. Identifikasi persepsi mana saja yang bisa Anda kontrol. Selanjutnya, ciptakan kebijakan untuk menangani risiko reputasi, dan jadikan risiko reputasi sebagai pertimbangan dalam berdiskusi dengan manajemen dan direksi.

2. Assess Decision
Pertimbangkan persepsi publik untuk setiap keputusan yang diambil. Persepsi publik sangatlah penting, terutama jika perusahaan Anda cukup high profile dan dikenal oleh publik.

3. Komunikasi

Komunikasi kepada seluruh stakeholders punya peran yang sangat penting, terutama untuk menjaga kepercayaan mereka kepada perusahaan. Jika reputasi rusak, maka kepercayaan publik terhadap perusahaan bisa luntur. Sampaikan kondisi finansial secara transparan dan akurat.

Komunikasi disini harus meliputi tiga buah elemen, diantaranya:
• Concern: mengakui bahwa terdapat kesalahan yang terjadi, serta mengekspresikan simpati dan kekecewaan
• Commitment: mengutarakan komitmen untuk mengatasi masalah, dan mengungkapkan langkah yang akan diambil secara mendetail
• Control: pemimpin menunjukkan bahwa mereka berhasil mengontrol situasi dengan baik

4. Good Corporate Governance
Sejauh ini, sebagian besar kasus yang mengakibatkan jatuhnya reputasi perusahaan adalah akibat Good Corporate Governance yang kurang baik. Contohnya adalah kasus Enron, WorldCom, Satyam, hingga kasus Sarijaya di Indonesia. Untuk menghindari kasus-kasus yang menjatuhkan reputasi seperti ini, maka Good Corporate Governance harus dijalankan. Taati aturan dan prosedur, jalankan monitoring dan audit secara berkala, deteksi kemungkinan terjadinya fraud dan lainnya.

Peran seorang pemimpin sangat vital dalam melakukan manajemen risiko reputasi ini. Seorang pemimpin harus menentukan identitas dan etika yang dianut oleh perusahaan dan orang-orang di dalamnya. Dialah yang mengkomunikasikan pentingnya menjaga reputasi kepada mereka. Sementara itu, peran bagian compliance juga penting untuk membuat aturan, sekaligus menjaga supaya seluruh aturan, regulasi dan kebijakan diikuti dengan baik, dimonitor dan dikaji secara berkala.

Salah satu kasus terbesar terkait dengan risiko reputasi terjadi pada Johnson & Johnson dengan produk Tylenol tahun 1982. Ada oknum jahat yang menaruh sianida mematikan ke dalam kapsul Tylenol pada toko dan apotik di daerah Chicago, sehingga membunuh 7 orang yang meminum kapsul yang sudah terkontaminasi racun tersebut.

Menanggapi hal ini, Johnson & Johnson langsung menarik 22 juta botol produk Tylenol mereka di masyarakat, dan menanggung rugi yang tidak sedikit, yakni $100 juta. Ini merupakan keputusan yang tepat dari Johnson & Johnson, dimana mereka menempatkan keamanan bagi pelanggan diatas laba perusahaan. Selanjutnya, Johnson & Johnson menjalankan public relations yang baik terkait dengan kasus tersebut, sehingga Tylenol kemudian berhasil kembali menjadi best-seller. Ini merupakan contoh hebatnya manajemen risiko reputasi, dimana reputasi yang sudah merosot dapat diperbaiki dengan sempurna. Dalam kasus ini, komunikasi punya peran yang paling kuat.

sumber: http://managementfile.com

Sektor Konsumsi Indonesia Siap Jadi Pendongkrak Pertumbuhan Ekonomi

(VibiznewsEconomy) – Pada masa krisis saat ini tampaknya sektor konsumsi menjadi jawaban penting untuk dapat menjadi buffer yang membantu mengangkat kembali kondisi ekonomi. Konsumsi menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu, kendati dalam kondisi krisis, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 6 persen. (03/11)

Bersama China dan India, perekonomian Indonesia tercatat masih bisa tumbuh positif di tengah krisis global. Dalam triwulan II-2009, ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 3,7%, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat 4,4% yoy. Pada triwulan III-2009 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 4,2% atau membaik dari perkiraan semula yang hanya 3,9%. Secara keseluruhan tahun 2009, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4%-4,5%. Angka pertumbuhan tersebut cukup meyakinkan di tengah melesunya perekonomian global. Mengapa ekonomi Indonesia relatif mampu bertahan dari guncangan? Kondisi ini dipercaya disebabkan oleh sektor konsumsi Indonesia yang masih menjadi penopang kuat pertumbuhan ekonomi

Apabila kita melihat ekonomi sebagai sebuah mesin dengan berbagai komponen, salah satu komponen yang penting adalah sektor konsumsi. Ini adalah elemen yang menyumbang lebih dari 60% pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar (jumlah penduduk maksudnya), sehingga kekuatan domestiknya sangat kuat. Seperti China dan India, konsumsi domestik menjadi kekuatan dalam menghadapi krisis.

Pada semester pertama tahun 2009 lalu tercatat bahwa pertumbuhan sektor konsumsi di Indonesia cukup solid. Kondisi ini didukung oleh adanya PEMILU legislatif dan presiden. Sektor konsumsi sangat diuntungkan dengan adanya perayaan akbar setiap lima tahunan ini.

Pendapatan Meningkat, Konsumsi Makanan Berkurang
Dari tabel di bawah ini tampak bahwa kecenderungan peningkatan pendapatan penduduk Indonesia tercermin melalui pola konsumsi masyarakat. Data sejak tahun 1999 menunjukkan bahwa semakin meningkat pendapatan masyarakat maka porsi konsumsi untuk makanan akan mengalami penurunan. Tampak bahwa hingga tahun 2007 terjadi penurunan secara berkala pada persentase porsi konsumsi makanan di Indonesia. Akan tetapi tampak pada tahun 2008 terjadi peningkatan porsi makanan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pada saat krisis terjadi penurunan pendapatan sehingga masyarakat kembali menaikkan porsi yang digunakan untuk konsumsi pangan.